Total Pageviews

Wednesday, December 12, 2012

Menjadi Tanah

Kadangkala kita diuji dengan “kesakitan” mental yang membawa kepada “kesakitan” fizikal.

Mulanya kita mungkin berfikir yang kita sendirian. Tetapi kemudian, kita sedar, kita ada Allah sebagai peneman.

Kita memilih untuk “menikmati” rasa sesak dada dan lesu sekujur tubuh.

Maka, kita pun bertarung. Dengan cara bangun melakukan tugasan biasa. Kita bangkit untuk memberikan motivasi kepada kawan yang memerlukan, sebab dalam masa yang sama, kita sedang memberikan nasihat kepada diri sendiri.

Apabila kita memilih untuk “menikmati”, Allah akan memberikan kita pilihan itu.

Allah sedang menegur kita melalui “teguran” orang lain.

Teguran yang dipenuhi aura negatif, hitam dan kelabu.

Langsung kita teringat kisah kotoran yang dilemparkan ke tanah. Apakah tanah menolaknya? Apakah balasan tanah? Apakah tanah kembali melemparkan kotoran itu kepada orang-orang yang melemparkannya dengan rasa tidak bersyukur itu?

Dan awalnya kita kalah sebab kita membiarkan aura negatif itu melemahkan kekuatan yang kita bina dengan segala susah payah.

Mujur Allah tidak mematikan kita ketika itu.

Mungkin kita lupa. Sebenarnya sudah lama kita menjadi seperti tanah.

Apabila tanah memilih untuk melihat kotoran yang dilemparkan itu sebagai baja, maka daripada baja itu benih dalam pelukannya akan tumbur subur menyebarkan haruman bunga dan manis buah, juga rimbunan daun yang menjadi teduhan.