Total Pageviews

Monday, October 3, 2011

Menunggulah...kerana itu memang realitas kehidupan



Menunggu sesuatu kadangkala menerbitkan satu rasa!

Semua orang kalau ditanya, barangkali tidak gemar menunggu. Penat, lesu dengan mata yang makin kelabu. Menunggu dalam panas, bahangnya hingga masuk menyerap ke dalam pembuluh darah. Menunggu dalam hujan, dinginnya meniti hingga jauh ke dalam hati.

Tapi kehidupan memang penuh dengan penantian. Kita menunggu saat bahagia di muka pintu, menunggu suami yang kepenatan pulang dari kantor atau anak-anak yang kelelahan kerana timbunan tugasan di kampus. Kita menunggu saat kejayaan datang memberi salam, malahan menunggu waktu terbaik untuk pulang menatap wajah ibu yang jauh di kampung halaman.

Paling mengujakan ialah menunggu saat dipanggil ke pangkuan Illahi.

Lantas, jangan mengeluh-ngeluh kerana terpaksa menunggu apa pun. Ia memberikan kita pengalaman beribu. Adakalanya penantian itu berhasil cemerlang, adakalanya tidak. Begitulah realiti kehidupan sebagai manusia.

Kita pun pernah ditunggui ibu dan bapa. Kehadiran kita amat dinanti-nantikan sehinggakan ibu sanggup mengusung kita di dalam rahimnya selama sembilan bulan sepuluh hari. Kepayahan apa pun tidak pernah melemahkan semangat mereka untuk menunggu. Saat paling gembira adalah saat mendengar tangisan pertama kita yang mula menjenguk dunia.

Menunggu adalah satu penyeksaan tapi juga berisi selaut nikmat!