
Saat itu ayah pun berangkat
dengan mata pejam dan wajah tenang
meski selaut sedih bergelombang di dada
kami akur juga akhirnya
kecintaan-Nya melebihi segala cinta
Setiap subuh rindu kami bergetar
pada bunyi telapak kasut ayah
mengejar subuh di surau sepi di kampung kami
pun kami akhirnya mengerti
kerinduan ayah pada-Nya melebihi
segala rindu
Pada saat keberangkatan itu
kami yakin perjalanan ayah lebih mudah
kerana ayah punya isteri tabah
dan anak menantu yang pasrah
mengiringi ayah kebaikan yang mewangi
di setiap cebisan pandan bertaburan
di atas pusara
Meski ayah telah berangkat pulang
dia tetap hidup di hati kami
dingin dahi ayah waktu kukucup
mudah-mudahan sesejuk itulah pusara ayah
penuh lapang dan bercahaya indah
Ayah,
Selamat bertemu Allah
semoga bertamu di syurga-Nya
(Hadiah Utama Kategori Sajak Hadiah Sastera Utusan 2000, Antologi Lelaki Dgn Sebilah Pedang Tajam, Antologi Madu Ilmu)
Catatan:
Ayah, Yang merinduimu...